Kali ini berangkat mudik dengan hati was-was,volume air sungai Mahakam menyusut dan menyebabkan alur sungai menyempit. Tak banyak yang dapat dilakukan selain menunggu musim hujan berikutnya,berharap mengisi kembali volume sungai ini.
Pada hari pertama,kapal besi LCT RATAH INDAH yang biasanya saya ikuti sampai juga di Kota Bangun tetapi tempat ini bukanlah tujuan utama kami,masih panjang perjalanan yang harus kami tempuh.Ini akan menjadi pengalaman hidup ku yang menarik.
Di kecamatan Kota Bangun ini volume air sungai Mahakam sudah tidak terlihat mengalir ke hulu sungai,tidak seperti ketika saya masih di Samarinda dimana arus sungai mengalir dari hilir ke hulu.Mungkin disebabkan pada saat itu permukaan air laut lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan air sungai ini.
Seharusnya air sungai mengalir dari hulu ke hilir,itu sudah merupakan hukum alam,bukan?
Di hari berikutnya adalah hari "Waspada" . Banyak batu-batu karang sungai yang mulai nampak di permukaan air dan membuat juru mudi harus extra hati-hati menjalankan kapal ini.
Kampung Lekong,di alur ini kami harus berjuang selama hampir 2 jam lamanya. Jalur yang bisanya kapal kami lalui telah berubah,mungkin dikarenakan banyaknya pasir yang mengendap di alur sungai ini.
Mulanya juru mudi kami ingin melalui jalur kiri yang telah biasa kami lalui tetapi baru beberapa meter kapal kami maju sudah kandas di gundukan pasir dasar sungai ini. Kapal kami miring ke kiri,air menggenangi pemukaan kapal tetapi karena kapal yang saya tumpangi ini adalah kapal LCT jadi itu tidak merupakan masalah besar,air yang menggenang segera mengalir keluar lagi.
Kami putuskan untuk mundur secepat mungkin sebelum kapal terlanjur kandas dan tidak dapat bergerak lagi. Segera menurunkan perahu kecil dan memeriksa jalur sungai dengan menancapkan tombak ke dasar air untuk mengetahui kedalaman sungai.
Ternyata kedalaman air di jalur itu hanya 140 cm, sudah pasti kapal kami tidak dapat melaluinya. Dengan muatan 100 ton dan kedalaman kapal yang mencapai 200 cm, kami memerlukan kedalaman 210 cm.
Mencoba jalur alternatif di sebelah kanan. Di jalur ini kedalaman mencapai 220 cm,ini membuat kami merasa lega. Tetapi masalahnya adalah untuk memasuki jalur itu harus melewati sebuah gundukan pasir sepanjang hampir 2 meter dan kedalamannya hanya 170 cm.
Dengan perhitungan gundukan pasir akan berkurang jika di lalui kapal maka dengan yakin kami mulai memasuki jalur itu.
Kapal sangat miring begitu haluan kapal melewati gundukan. Suara mesin mengaung keras,asap hitam tebal keluar kencang dari kenalpot kapal,nyaris tidak dapat mendengar apapun.
Sudah 2 jam keadaan ini berlangsung,jika tidak dapat melaluinya maka kami harus pasrah menginap disini sampai air sungai kembali normal (bukan waktu yang singkat !)
Sepertinya kapal ini tidak dapat maju lagi,saya sudah tidak berharap kapal dapat terlepas dari sini.
Ternyata takdir berkata lain, terlihat diujung tanjung ada sebuah speedboat besar melaju kencang. Gelombangnya dapat menggerakkan kapal. Berselang beberapa menit berjuang,akhirnya kapal kami lolos dari rintangan ini. Senang dan Lega.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Long Iram,tempat dimana kami tidak dapat melanjutkan perjalanan lagi karena jalur di hulu sana sudah tidak dapat dilalui oleh kapal kami.
Malamnya kami sampai di Long Iram. Kami tambat kapal di belakang kapal ponton besi dan istirahat,capek!
-
Pengalaman Mudik Disaat Air Surut.
Posted by
sulthan yusuf
at
Thursday, September 10, 2009
.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
Mantabs....
Post a Comment
Your comment will appear soon, so do not embarrass yourself with a spam comment!